Category Archives: Selalu Ada Cerita

Jangan Sedih Dulu, Ada Rencana Tuhan Lebih Baik

Suatu hari saya dimintai menjadi presidium (pemimpin) sidang tengah periode BEM Fikom oleh teman yang sekaligus juga panitia sidang. Saya mengambil permintaan tersebut karena kebetulan hari itu tidak ada jadwal kuliah dan kegiatan lain. Sebagai presidium tentunya saya difasilitasi konsumsi dong oleh panitia, konsumsi pertama yang diberikan kepada saya adalah dus snack yang berisi makanan ringan yang menggoda. Saya pada waktu itu tidak melahap snack tersebut karena perasaan tegang mimpin sidang membuat rasa lapar hilang.

rencanaFoto : NET

Setelah waktu istirahat tiba, saya berniat melahap snack tersebut karena menahan lapar dari pagi. tetapi waktu zuhur telah tiba dan saya memutuskan untuk shalat terlebih dahulu, serta menyimpan snack tersebut bersebelahan dengan tas saya di ruang panitia. Setelah selesai melaksanakan shalat saya segera menuju ruang panitia untuk mengambil snack tadi, dan apa yang terjadi snack yang di simpan tepat sebelah tas saya hilang begitu saja, tidak tahu kemana si snack ini. Alhasil saya jadinya membeli makanan diluar.

Konsumsi yang kedua adalah nasi dus yang diberikan diakhir istirahat, kasusnya sama seperti diatas. Nasi dus yang sudah berada di genggaman tangan ini, hilang lagi ditempat yang sama. karena pada waktu itu tidak sempat dimakan, jadi saya simpan lagi di sebelah tas saya di ruang panitia. Saya pun harus bersabar yang kedua kalinya, padahal makanan tersebut sudah dalam genggaman.

Sebetulnya ini pelajaran yang sangat berharga, nanti-nanti kalau dapat konsumsi harus langsung di makan biar engga hilang lagi :D, bukan itu sebenarnya poin penting yang saya rasakan. Rasa menerima dan sabar atas apa yang terjadi akan membuat kita menjadi pribadi yang terus bersyukur, karena kadang tuhan mempunyai rencana yang lebih baik dari apa yang ditawarkan diawal. Dan itu betul, setelah selesai sidang, tuhan memberikan rejeki yang lebih besar dari pada snack dan nasi dus, beberapa lembar uang diberikan panitia kepada saya sebagai uang keringat memimpin sidang (Saya kira tidak ada honornya) indah sekali.

So, jangan sombong atas apa yang kita miliki saat ini, karena mudah bagi tuhan untuk mengambil itu semua, tapi jangan sedih kalau kita kehilangan sesuatu yang kita sayangi atau disukai, karena tuhan selalu mempunyai rencana baik bagi kita, kuncinya sabar dan bersyukur atas segala sesuatu yang kita miliki. 🙂

Tidak ada ilmu yang sempurna

Orang berilmu hakekatnya akan lebih santun dalam menjalani hidup, karena ia tahu bahwa dirinya hanya butiran debu yang terapung-apung di alam semesta ini. Tetapi tekadang orang menjadi sombong ketika mempunyai ilmu, sehingga membuat dirinya merasa sudah cukup dengan ilmu itu. Sebagaimana kisah di bawah ini yang dikutip dari buku Percikan Hikmah karya H.Usep Romli HM.

Suatu hari seorang sarjana naik perahu menuju sebuah pulau kecil nan jauh di sebrang pantai. Ia bercengkarama dengan pengemudi kapal sebelahnya, kemudian ia menerangkan bahwa sukses hidup manusia itu bergantung pada empat jenis ilmu, ilmu hitung, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan ilmu politik.
Lalu ia bertanya kepada pengemudi kapal tersebut, “Apakah Anda menguasi ilmu hitung ?” jawabnya “tidak”, sahutnya lagi “waduh, bahaya kalau begitu, sukses anda berkurang 25%, tapi tentu anda mengetahui ilmu ekonomi..?”, “tidak juga” jawab pengemudi perahu. “Berarti sukses hidup anda tinggal 50 %, itupun jika anda menguasai ilmu politik dan sosial”. “Kedua ilmu itu pun saya tidak tahu” sahut pengemudi perahu, “Gawat ! kalau begitu, sukses hidup Anda mungkin tidak ada lagi”, komentar sang sarjana sambil geleng-geleng kepala.

Tidak dikira-kira datang angin besar, sehingga ombak pun menggulung, hingga perahu yang ditumpangi sarjana tersebut terbalik. Sang sarjana dan pemgemudi perahu terhempas ke laut. Sambil berenang santai, pengemudi perahu berteriak kepada sang sarjana yang timbul tenggelam tanpa daya. “Apakah Anda menguasai ilmu berenang, Wahai Tuan Sarjana ? ” tanya pengemudi perahu kepada sarjana, “Tidak….., tolong…tolong…” teriak sarjana itu ketakutan. “Kalau demikian, 100 % sukses hidup Anda hilang sudah,” gumam pengemudi perahu.

Maka dari itu janganlah kita sombong dengan ilmu yang kita miliki, bukalah mata dan hati, masih banyak ilmu-ilmu yang masih betebaran di alam semesta ini. Tetaplah arif dan bijaksana kita mempergunakan ilmu, tempatkanlah sesuai dengan kedudukan ilmu tersebut.

DULU DICACI SEKARANG DICARI

Judul diatas menggambarkan sebuah realita yang terjadi saat ini, saya heran dan bangga setelah melihat sebuah berita dari detik.com   yang berjudul “Usai Lebaran Air Minum Kemasan Galon Langka di Bandung”.  Seperti dikatakan dalam dalam berita tersebut seorang warga sudah berkeliling seharian mencari Air Galon di Minimarket, kelontong, dan supermarket, dan hasilnya pun sia-sia karena tidak mendapatkannya.
 
Jika kita lihat jauh kebelakang, dimana sejarah awal mula produk air minum kemasan (AMDK) di Indonesia dipelopori oleh AQUA, yang sekaligus menjadi perusahaan terbesar minuman kemasan saat ini. Setelah mulai produksi di tahun 1974, melalui rancangan, strategi, serta  optimisme tinggi untuk kesuksesan AQUA di pasaran, Aqua mulai melakukan penjualannya, tetapi malah air kemasan AQUA tidak bisa laku di pasar Indonesia. Karena pasar Indonesia pada saat itu masih belum bisa menerima minuman dalam botol, mereka menganggap sudah cukup minum dengan air rebus tanah. Tertawaan dan ejekan diawal pendirian AQUA sendiri bermunculan, salah satu petinggi militer Indonesia pada saat itu, mengatakan “Tirto (Owner AQUA), kamu itu kok aneh-aneh. Di Indonesia ini air sampai banjir-banjir, lah kok kamu mau jualan air putih”. Di tengah terpaan pesimistis, AQUA terus berbenah dan melakukan strategi penjualan, untuk meyakinkan masyarakat akan produk ini. Alhasil kita lihat sendiri perusahaan air kemasan ini menjadi perusahaan terbesar di Indonesia mengalahkan para kompetitornya di pasar Indonesia. Bahkan kita ketahui orang kalau beli air kemasan pasti bilangnya AQUA, walaupun merk airnya bukan itu.

Dulu dicaci sekarang dicari ini pantas di sematkan terhadap Air kemasan, terlebih khusus AQUA yang merasakan perjalanannya dulu untuk meyakinkan masyarakat terhadap air kemasan. Masyarakat sudah beralih hampir 90%  untuk  mengkonsumsi air kemasan, meninggalkan air tanah yang direbus. Karena air merupakan kebutuhan pokok hidup manusia, sudah sewajarnya jika air galon / kemasan habis, orang akan mencari kemana-mana, walaupun di Indonesia air masih banjir-banjir tidak ke tampung  :).